Monday, 01 August 2011 07:43
Gara-gara Dua Calon Didukung Satu Partai
yang Sama
JAYAPURA–Kerusuhan yang terkait dengan pemilihan
kepala daerah (pilkada) kembali meletus kemarin (31/7). Kali ini terjadi di
Ilaga, Kabupaten Puncak, Pro vinsi Papua. Kubu dua ca lon bupati bertikai.
Akibatnya, setidaknya 17 orang tewas dan puluhan lain luka-luka, termasuk se
orang anggota Brimob, setelah terkena panah. Selain itu, sebuah rumah, mo bil,
dan honai (rumah adat) terbakar. Tetapi, karena terisolasinya lokasi yang hanya
bisa dijangkau lewat udara –sekitar 1,5 jam pener bangan dari Jayapura de ngan
pesawat ringan– tersebut, hingga berita ini ditulis belum diketahui secara
pasti kondisi terkini di Ilaga. Data yang bisa dihimpun Cenderawasih Pos
(INDOPOS Group) menyebutkan, kasus tersebut diduga terjadi karena dua calon
yang ber tikai didukung satu partai yang sama Rabu lalu (27/7) bakal calon
bupati Elvis Tabuni yang juga anggota DPRD setempat mendaftar ke KPU Puncak di
Ilaga. Nah, salah seorang pengusung Elvis adalah Partai Gerindra. Pendaftaran
itu diterima KPU.
Tiga hari berselang alias Sabtu (30/7), giliran
calon bupati lain, Simon Alom, yang juga mantan karteker bupati Puncak,
mendaftar ke KPU Puncak. Tetapi, oleh KPU, pendaftaran tersebut ditolak. Sebab,
salah satu partai pengusung Alom ternyata juga Partai Gerindra. Pendukung Alom
lantas marah dan menyerang kelompok Elvis Sabtu itu juga, tepatnya pukul 15.00
WIT. Bentrokan tak terelakkan. Bentrokan ”episode” pertama tersebut memakan
satu korban jiwa dan melukai tiga orang lain, termasuk seorang anggota Brimob.
Korban meninggal adalah Esteli Kiwak. Dia tertembak di dada. Korban luka adalah
Endison Kogoya yang tertembak di paha kanan dan Selina Ongomang yang mengalami
luka tembak di siku kiri. Sedangkan personel Brimob Frens Msen terpanah di
bagian dada. Bentrokan itu berlanjut kemarin pagi, sekitar pukul 06.00 WIT, dan
memakan korban jiwa lebih banyak. ”Rumah, mobil, dan honai milik anggota dewan
Elvis Tabuni juga dibakar. Total warga yang meninggal 17 orang,” kata sumber
tepercaya kepada Cenderawasih Pos.
Secara terpisah, Kabidhumas Polda Pa pua
Kombespol Wachyono saat dimintai keterangan Cenderawasih Pos mem benarkan kabar
tentang bentrokan yang mengakibatkan 17 warga meninggal dan seorang anggota
Brimob lukaluka tersebut. ”Yang menjadi korban dari kubu Simon Alom 13 orang
dan dari kubu Elvis Tabuni empat orang. Dari Polda Papua, telah dibentuk tim
dari reskrim untuk mengusut kasus itu, termasuk menyelidiki pemicunya,”
jelasnya. Pihaknya belum mengetahui secara persis pemicu konflik di kabupaten
baru hasil pemekaran tersebut. ”Yang jelas, kami akan mengusut terus bentrokan
yang mengakibatkan banyaknya warga meninggal serta dibakarnya rumah, honai, dan
mobil dinas milik Elvis Tabuni itu,” ucapnya. Wachyono mengakui bahwa
terpencilnya lokasi mengakibatkan polisi kesulitan mengumpulkan data.
”Belum diketahui pemicunya. Sebab, hubungan ke sana hanya dengan telepon
satelit. Akses ke sana
juga hanya bisa dengan pesawat. Itu juga jika cuaca bersahabat,” terang dia.
Sayang, hingga berita ini ditulis, pihakpihak yang terlibat konflik belum bisa
dikonfirmasi. Sementara itu, upaya Cenderawasih Pos meminta keterangan sejumlah
petinggi Partai Gerindra Papua juga tak menemukan hasil. Kabupaten Puncak
merupakan kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Puncak Jaya. Kabupaten tersebut
dibentuk pada 4 Januari 2008 berdasar Undang- Un dang Nomor 7 Tahun 2008,
bersamasama dengan pembentukan lima kabupaten lain di Papua. Seperti dikutip
Tempo Interaktif, pilkada di Kabupaten Puncak direncanakan dihelat pada 9
November 2011. Ketua KPU setempat Nas Labene mengatakan, untuk melaksanakan
tahap pilkada, pihaknya sudah membentuk PPD dan PPS yang dilantik pada 18 Mei
lalu. Sementara itu, masih menurut Tempo Interaktif, kepolisian Puncak Jaya
akan menurunkan satu peleton polisi untuk mengamankan kondisi di sana. ”Ya, besok (hari
ini, Red) kami akan turunkan satu peleton dari Timika untuk mengatasi kerusuhan
di sana.
Kami tidak ingin bentrokan itu meluas,” kata
Kapolres Puncak Jaya AKBP Alex Korwa tadi malam. Sementara itu dari Jakarta, Wakil Ketua Umum
DPP Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, pihaknya masih mencoba mengumpulkan
data penyebab bentrok antar dua kubu calon Bupati Puncak yang diusung
partainya. ’’Apakah murni kesalahan kandidat atau kesalahan penyelenggaran
pilkada setempat, ini harus diklirkan supaya tidak menimbulkan masalah baru,’’
kata Fadli. Menurut dia, yang terpenting sekarang aparat keamanan mencegah
terjadinya bentrok susulan atau aksi balas dendam dari masing –masing kubu.
Sehingga eskalasi konflik bisa diredam secepatnya. ’’Kami ingin masalah ini
bisa diurai dan diselesaikan,’’ ujarnya. Lantas, langkah konkrit apa yang akan
ditempuh DPP Gerindra? ’’Intinya, kami masih menunggu kabar apa yang
sesungguhnya terjadi,’’ tegas Fadli.